Orang Kaya Zaman Now Bisa Jadi Lebih Miskin dari Gelandangan. Kenapa ?

Memang seperti inilah catatan abdul apa saja bisa dicatat dan tentu saja catatan ini untuk semua. Selain itu catatan ini juga sebagai catatan untuk pengingat diri begitulah mungkin blog ini. Nah kali ini saya ingin menuliskan sebuah pemikiran dan sebuah tanda tanya dalam diri saya tentang Orang Kaya Zaman Now Bisa Jadi Lebih Miskin dari Gelandan. Ingin tahu kenapa?


Masyarakat modern saat ini atau bahasa gaulnya zaman now. Entahlah siapa pencetusnya pokonya begitulah orang menyebutnya untuk istilah zaman saat ini dan ternyata mereka pada kaya - kaya, paling tidak yang saya maksud kaya itu memiliki mobil, motor, rumah diperumahan, hape terbaru, tas baru, mungkin memiliki perusahaan. ah pokonya gayanya mengikuti perkembangan zaman aja lah ya.

Itulah yang saya katakan kaya dalam tulisan ini.

Saya tidak bermaksud membahas masalah kaya kemudian dibandingkan dengan urusan kaya hati dan kaya batin lainnya tapi memang betul-betul secara fisik, aslinya bukan secara batin.

Mungkin tidak semua orang kaya zaman now seperti yang akan saya tuliskan disini. Untuk itulah saya munggunakan kata "bisa jadi". Tujuan tulisan ini paling tidak bisa sebagai pegingat diri yang bisa saya baca lagi nanti temen - temen  juga boleh baca. :D

Oke begitulah pembukaannya.

Orang Kaya Zaman Now Bisa Jadi Lebih Miskin dari Gelandan. Ingin tahu kenapa ?

Apakah temen - temen pernah mendapatkan sms
" Butuh dana tunai? Gadai BPKB Mobil/Truk Hubungi.........." Anggap saja sms ini betul

Atau apakah temen - temen pernah didatangi sales bank yang kemudian menawarkan kemudahan bagi temen - temen dalam urusan finansial atau keuangan. Menawarkan kreditan, pinjaman lunak, asuransi investasi, pinjaman modal, pembuatan kartu kerdit dan lain - ain.

Dan tahukah jika temen - temen mengikuti apa yang di tawarkan oleh sales - sales tersebut misalkan pinjaman lunak temen - temen akan jadi seperti yang dikatakan seles tersebut, mungkin saya bisa bilang orang kaya?

Tentu saja.

Mungkin temen - temen jadi punya mobil, motor, mungkin jadi punya rumah, mungkin jadi punya hape baru dan lain - lain tergantung yang ditawarkan.

Itu semua betul asalkan memenuhi syarat - syaratnya seperti melampirkan foto copy ktp, fotocopy penghasilan bulanan temen - temen. Tujuannya untuk mengatahui alamat temen - temen dan jaminan temen - temen supaya bisa membawa apa yang ditawarkan oleh sales. Jika temen - temen tidak bayar bisa di datangi kerumah

Dan zaman sekarang secara umum sepertinya memang seperti itu, maka dari itu perkreditan, lising, peminjaman modal tumbuh subur.

Bukankah tidak sedikitkan zaman now bawa motor tiba - tiba temannya langsung bertanya
" berapa sebulan brow?" atau
" berepa dulu DP nya?" atau
" berapa bulan lagi bro?"

Padahal obrolan pembuka. Ya itulah zaman now

Mungkin akan ada orang berkata seperti ini. Mau gimana lagi bawa motor butut meski milik sendiri selalu dikucilkan. Akhirnya demi supaya tidak dikucilkan besoknya bisa membawa motor baru, hanya saja akhirnya orang - orang dekat pada bertanya cicilannya berapa. Itulah orang kaya zaman now dalam sekala kecil.

Jika itu sekala kecil bagaimana sekala besarnya?

Sekala besarnya adalah kredit Bank yang tidak dilakukan oleh perorangan lagi melainkan perusahaan

Contoh :
"Wahhh bro perusahaanku sedang sehat nih, bank bersedia memberikan pinjaman keperusahaan ku tidak tanggung - tanggung 10 M."

Paling tidak seperti itulah gambarannya jika ada perusahaan yang sehat.

Jika pemimpin perusahaan atau pemilik perusahaan mengikutinya maka betul perusahaan itu akan memiliki 10 M.

Bener tidak?

Beneran, pokoknya setiap perusahaan yang laporan keuangannya sehat bank pasti berani memberi pinjaman yang luar biasa. Pokoknya pemiliknya bakalan kaya.

Tapi itulah kaya zaman now seperti judulnya Orang kaya zaman now bisa jadi lebih miskin dari gelandangan. Kenapa ?

Mari kita bahas dari orang kaya sekala kecil.

Mungkin orang kaya itu punya speda motor, punya mobil dan mungkin juga punya rumah tapi bisa jadi ngutang.
Mungkin ada juga yang bilang jika tidak begitu kapan mau punya. Itulah kata - kata mujarab legalisasi minjem. Emang meminjam itu legal tapi jika menjadi kebisaan biasanya jadi tidak baik.

Kembali lagi ke orang kaya sekala kecil yang memiliki motor dan atau mobil dan rumah jika kita hitung kekayaan berdasarkan perhitungan sederhana misalkan gajihnya saat ini perbulannya 20 jt.
Kemudian orang ini memiliki kreditan sepeda motor perbulannya 1.7 jt ditambah dengan kreditan mobilnya 6 jt ditambah cicilan rumahnya 1 jt dan tagingan kartu kreditnya 1.3 juta. Total tagihan mencapai 10 jt. Mungkin betul akan ada sisa 10 jt. Bank pasti ngasih jika punya gajih seperti itu dengan rincian kredit seperti itu. Di jamin lancar.

Namun apa yang terjadi sebetulnya, ternyata untuk sekian waktu kedepan harus terus memenuhi cicilan - cicilan. Misalkan buruknya penghasilan yang 20 jt itu hilang cicilan belum beres. Apa yang akan terjadi?

Apakah tiba - tiba lunas karena tidak bisa membayar?

Pasti tidak. Pasti akan menyisakan hutang yang tidak terbayar. Dan berapa kekayaannya sekarang jika tidak mampu bayar cicilan, bisa jadi Minus.

Terus apa hubungannya dengan gelandangan. Jika gelandangan secara mata kasar andaikan meninggal tidak punya apa - apa tapi tidak punya hutang artinya kekayaannya bisa jadi seburuk - buruknya adalah 0 ( nol).
Sementara orang kaya zaman now jika saja mati atau di pecat dari kerjaannya, motor punya, mobil punya, rumah punya tapi masih nyicil dengan demikian bisa jadi kekayaannya minus.

Jadi kayaan siapa orang kaya zaman now atau gelandangan?

Mau sampai kapan senang di kasih penjaman, mau sampai kapan senang diberikan kredit ringan?
Mau sampai kapan tergiur kredit dan kartu kredit?

Kasihan badan jika tidak bisa bayar bisa - bisa rsj penuh.

Lalu bagaimana orang kaya zaman now sekala besar.

Seperti yang dibilang tadi jika laporan keuangan perusahaannya bagus Bank bisa jadi memberi pinjaman yang luar biasa. Namun apa yang terjadi jika usahanya tiba - tiba macet bisa karena bencana, siklus alam dan lain - lain dan kemudian tidak bisa membayar beberapa masa tunggakan pinjaannya itu. Apalagi sampai benar - benar macet sudah bisa dipastikan perusahaan akan goyang bahkan bisa jadi tutup. Tidak sedikit perusahaan besar karena modal pinjaman dalam sesaat langsung bangkrut.

Untuk itulah bukan berarti minjam itu tidak boleh tapi tidak untuk kebiasaan. Benar - benar mepet bolehlah tapi bukan untuk memperkaya diri. Sejatinya minjam bukanlah menjadikan kita kaya tapi menjadikan kita tunduk pada pemberi pinjaman yang bisa jadi membuat lebih miskin apalagi yang bunganya gede.

Jadilah orang kaya namun bukan jadi seperti orang kaya, jadilah kaya tapi bukan untuk memperkaya diri melainkan agar bisa lebih banyak manfaatnya.

Amal orang kaya akan jauh lebih banyak dari orang miskin sampai - sampai untuk menghitung amal baiknya itu diakhirat kelak lebih lama dari orang miskin. Kenapa demikian, karena saking banyaknya amal yang dilakukannya didunia.

Jadilah orang soleh yang kaya karena kekayaannya akan jauh lebih manfaat daripada orang salah yang kaya.

Jadilah orang kaya yang sejati jangan jadi orang kaya KW, karena orang kaya KW bisa terkena pasal penipuan.

Sekian dulu catatan kali ini. Silahkan simak juga Ini Dia Cara Jika Mau Untung Besar
Satu lagi Jangan Sampai Uangmu Jadi Tidak Berguna

4 komentar untuk "Orang Kaya Zaman Now Bisa Jadi Lebih Miskin dari Gelandangan. Kenapa ?"

  1. Kalau saya pribadi melihat nya,, sebagai hutang konsumtif atau non konsumtif. Dan hutang produktif atau non produktif.
    Contoh kecilnya keluarga saya,, suka ngulang utk beli pupuk dengan sistem yarnen. Dibayar ketika panen tiba,, walopun resiko besar nya adalah ketika panen jelek hasil panen habis utk bayar hutang. Tetapi itu lebih baik daripada tidak bisa membeli pupuk. Karena bertani adalah kehidupan dan sumber hidup bagi petani kecil.
    Jadi tidak semuanya HUTANG dan miskin adalah salah. Jujur saya lebih memilih menjadi pengusaha dengan modal hutang daripada menjadi gelandangan. Karena dengan menjadi pengusaha dan punya hutang,, berarti saya telah berusaha untuk memperjuangkan hidup dan beribadah kepada pemilik hidup. Sedangkan dengan menjadi gelandangan saya tidak melakukan apa2.

    BalasHapus
    Balasan
    1. setuju mas saya juga tidak mau jadi gelandangan. Tulisan saya tidak kemudian menyikapi kaya itu salah miskin itu salah glandangan itu salah hutang itu salah.
      hanya saja sudah jadi umum jika kita bandingkan kekayaan ternyata tidak bisa dikatakan si kaya lebih kaya dari gelandangan karena tenyata tidak sedikit ditemukan apa yang didapatkannya itu hasil ngutang. Jika di hitung - hitung nilai kekayaannya ternyata bisa jadi lebih banyak yang gelandangan karena dia tidak punya hutang dan tidak punya harta ( anggapan saya) seburuk-buruknya nol tapi kalo orang ngutang kekayaanya bisa minus. bukan berarti ngutang salah.
      saya juga banyak hutangnya makanya di atas dituliskan sebagai pengingat diri :D

      Hapus
  2. Semua demi penampilan dan gaya hidup. Orang berlomba-lomba ingin punya dan tampak punya. Aduh hape saya sering berdering, orang yang menawarkan pinjaman ini dan itu. Sebenarnya saya butuh duit, tapi ya itu takut tidak bisa bayar hutang.
    Gaya pandang hidup mulai berubah, dulu kalau orang bertemu dengan temannya, sering bertanya punya anak berapa, Sekarang, DP rumahnya berapa? :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahahah i abnget mas pertanyaan yang ternyata mulai jadi pembuka itu. DP nya berapa, cicilannya berapa, sisa berapa lama lagi. heheheh.....

      Hapus